Ketika bola tidak bergerak sesuai estimasi waktu, titik tersebut terbaca sebagai lokasi sumbatan.
“Kami menggunakan semacam bola mainan, dipasang chip GPS, dan dihubungkan ke teman-teman DPU. Dalam durasi setengah jam seharusnya bergerak, tetapi malah berhenti berarti ada kendala di titik itu,” ucapnya.
“Dari situ pasukan katak DPU turun untuk memastikan apa yang menyumbat. Bisa kasur, ban, sampah, atau gundukan sedimen,” imbuhnya.
Agustina menegaskan bahwa temuan di lapangan langsung ditindaklanjuti saat itu juga.
Selain sampah, tim juga menemukan kendala teknis berupa penyempitan “Saluran Gendong” yang tertutup cor beton tebal serta kurangnya jumlah saluran pembuangan menuju sungai.
“Saya sudah minta teman-teman DPU untuk membongkar cor yang menutup saluran dan sebelum 30 Desember, saya izinkan pembuatan saluran tambahan agar air dari hulu cepat mengalir ke sungai,” bebernya.












