Lebih dari sekadar ajang lari, Agustina menilai Kompas Semarang 10K menjadi penggerak sport tourism yang nyata.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, sekitar separuh peserta berasal dari luar Kota Semarang.
“Mereka datang minimal dari malam sebelumnya, menginap, makan, belanja, dan menikmati suasana Kota Lama. Kalau hari ini belum sempat menjelajah, setidaknya mereka mendapat pengalaman tentang betapa indahnya Kota Lama di sore hari. Ini pergerakan ekonomi yang langsung dirasakan,” jelasnya.
Dampak tersebut dirasakan pelaku usaha lokal, mulai dari hotel, kuliner, transportasi, hingga UMKM di sekitar kawasan Kota Lama.
Menurut Agustina, inilah contoh bagaimana event olah raga bisa menjadi instrumen pembangunan ekonomi kota yang berkelanjutan.
Pemerintah Kota Semarang, lanjut Agustina, membuka diri untuk mendukung penyelenggaraan berbagai event serupa, baik lari jalan raya, trail run, maupun kegiatan olah raga lainnya, selama memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat.












