Nantinya, gerakan membaca ini akan dilaksanakan di 35 kabupaten/kota bersama Bunda Literasi di kabupaten/kota masing-masing.
Lebih lanjut, Bunda Literasi mengingatkan jika
literasi sejauh ini hanya dimaknai sebagai baca tulis semata. Padahal literasi berarti kemampuan untuk menyerap dan mengolah informasi yang bermanfaat bagi kehidupan.
“Tantangannya adalah anak- anak lebih senang gadget. Saya yakin dari tantangan ini anak muda didorong pengembangan literasi. Perpus digital nasional nantinya sudah bisa serupa dengan medsos. Bisa sharing, komentar dan interaksi,” paparnya.
Tantangan yang lebih berat lagi adalah bagaimana literasi dikembangkan dengan menghadapi situasi yang ada.
“Belum tamat tulis dan baca sudah harus menghadapi literasi digital. Anak – anak dituntut harus tahu mana yang kredibel dan mana informasi yang tidak kredibel,” kata mantan pemimpin Umum Majalah Pesantren itu.