Sementara itu, napiter berinisial E mengungkapkan, selama berada di Lapas, ia mempelajari banyak hal.
“Jadi lebih mengenali saya sendiri, ketika diluar saya mampu mengatasi segala masalah, ternyata disini tidak seperti itu, artinya kita harus kembali ke diri sendiri,” ungkap E.
Terpisah, Kepala Lapas Kelas I Semarang, Fonika Affandi menyampaikan bahwa kegiatan deradikalisasi dilaksanakan melalui pendekatan keagamaan, psikologis, serta sosial kultural.
“Deradikalisasi bukan hanya mengubah cara berpikir, tapi juga mengembalikan keyakinan bahwa hidup damai dan toleran adalah jalan terbaik bagi bangsa,” pungkas Fonika.***(rhm)