Buku ini menyoroti faktor-faktor pendorong seperti kemiskinan, keterasingan sosial, dan trauma kolektif, serta faktor penarik seperti janji surga, keuntungan ekonomi, atau semangat petualangan. Juga dibahas peran propaganda digital dan media sosial dalam menciptakan ruang gema (filter bubble) yang memperkuat paham ekstrem.
“Kalau pendekatannya hanya lewat ceramah normatif seperti yang biasa dilakukan tokoh agama formal, itu tidak cukup. Anak-anak sekarang belajar dari TikTok, dari influencer, bukan dari ulama,” ujar Huda.
Dia juga menegaskan bahwa narasi “zero attack” atau nihil serangan kerap menyesatkan publik karena mengabaikan fakta bahwa banyak aksi teror yang berhasil dicegah sebelum terjadi.
“Tidak adanya serangan bukan berarti tidak ada gerakan. Banyak aksi yang gagal karena berhasil dicegah. Itu disebut failed attack. Kalau masyarakat hanya percaya ‘zero attack’, mereka bisa lengah,” tegasnya.