“Visual hari ini sudah menjadi bahasa yang lebih kuat dibanding tulisan. Kalau dulu orang butuh narasi panjang, sekarang yang dibutuhkan justru poin-poin singkat berisi informasi mengenai kapan, dimana, siapa, dan apa yang terjadi. Itu saja sudah cukup, selebihnya gambar yang berbicara,” kata Beawiharta.
Beawiharta yang pernah bekerja untuk Reuters dan kini aktif dalam proyek-proyek independen itu mencontohkan bagaimana dalam peristiwa kerusuhan, foto atau video yang tersebar di publik mampu menyampaikan makna dengan kuat meski hanya dilengkapi keterangan sederhana.
“Narasi atau caption itu fungsinya pembatas. Sekadar memberi tahu lokasi, subjek, waktu, dan peristiwa. Sisanya disampaikan langsung lewat visual,” tuturnya.
Lebih jauh, Beawiharta menekankan bahwa foto jurnalistik merupakan bagian penting dari dokumentasi publik.












