“Saya ingin membangun mindset perlunya rembug warga sehingga dengan kebijakan tersebut mampu memupus kerenggangan di masyarakat. Kita perlu menyadari bahwa sebagian besar narasi sejarah bermula dari tingkat paling bawah dan berpotensi menggulirkan pengaruh negatif pada tataran di atasnya,” katanya.
Menurutnya, setiap pemimpin tidak sekadar mendengarkan suara dari berbagai pihak, terutama dari masyarakat, melainkan juga memiliki keberanian untuk melindungi sehingga tercipta trust antara yang dipimpin dan yang memimpin.
“Kita bersyukur sebab dengan dinamika sosial Indonesia beberapa waktu lalu, Kota Semarang cenderung aman. Mengapa demikian? Karena masyarakat mau bergotong royong dan aware untuk melindungi,” ungkapnya.
“Bukan karena saya hebat, melainkan situasi ini tercipta karena ada kepercayaan yang bangkit antara pemerintah dan masyarakat,” imbuhnya.